Zemarei Albakhin: Gay Juga Manusia, Ingin Masuk Surga
BANYAK pendapat keliru tentang perilaku kelainan sesama jenis seperti homoseksual dan lesbian. Anggapan bahwa homoseksual dan lesbian sebagai perilaku bawaan sejak lahir dinilai sebagai sebuah omong kosong. Kalangan ahli psikologi menilai, perilaku kelainan tersebut lebih merupakan pengaruh lingkungan.
Satu bukti tentang ini adalah perjalanan yang dialami langsung oleh Zemarei Albakhin (sebuah nama hijrah, red). Bahwa homoseksual alias perilaku gay bisa dilawan dan akhirnya berangsur-angsur sembuh.
Pria yang lebih akrab disapa Bang Rei ini lahir di Bandung 9 Sepetember 1978. Sejak lahir tidak pernah tahu bahwa dia memiliki kecenderungan suka kepada sesama jenis. Kala itu, ketika masih kelas 5 SD, teman-teman sekolah dan lingkungan rumahnya menilai bahwa cara berjalan dan perilakunya mirip perempuan.
Akibat dari perilaku tidak biasa tersebut, mampirlah ejekan dari teman-temannya. Bahkan, tidak sedikit yang memanggilnya dengan sebutan neng (sebutan untuk perempuan dalam bahasa Sunda atau sebutan mbak dalam bahasa Jawa).
Ini terjadi karena Rei memiliki kulit putih bersih dan wajahnya lebih terlihat geulis (cantik) ketimbang kasep (ganteng) yang menunjukkan sifat pria. Semua musibah yang ia alami ini terus ia lawan.
“Semua orang berkeinginan masuk surga termasuk kaum homoseksual atau gay,” ujarnya. Apa maksudnya?
Hidayatullah.com bersekempatan mengobrol dan mendengar cerita bagaimana ia harus melawan keinginan dan hasrat homoseksualnya hinga akhirnya pelan-pelan kembali normal. Obrolan dilakukan di pertengahan Ramadhan 1433 H, saat acara buka puasa bersama di Masjid Al Jihad Universitas Padjadjaran. Inilah petikan wawancaranya;
Sejak kapan Bang Rei taubat?
Kalau berbicara sadar, saya sadar sejak di Sekolah Menengah Pertama (SMP) dulu sekitar tahun 1990-an. Saya lulus SMP tahun 1994, cuma saat itu belum bisa mengendalikan jadi saya jalani hubungan terlarang hampir dari kelas 1 sampai kelas 3. Nah, saya berhenti dari segala pemikiran pencarian jati diri sekitar 1997 ketika keluar SMA dan saya menemukan jawaban dan menjalani kehidupan lebih tenang dalam ibadah sekitar tahun 2000.
Kalau menikah?
Alhamdulillah saya menikah 21 september 2003 dengan wanita normal 100% he he.Namun mohon doanya agar kami segera dikasih momongan.
Sejak kapan mulai berdakwah?
Sebelum menikah, saya sempet bercerita ke Radio Islam di Bandung, Radio MQ. Ternyata responya banyak banget dan banyak orang yang ingin sharing ke saya. Itu sekitar tahun 2001 sebelum saya menikah dan menetapkan hati untuk merangkul sahabat sekitar tahun 2006. Tahun 2007 terbitlah buku saya berjudul, ”Tuhan Tidak Pernah Iseng”. Sejak itu, terus bertambah kegiatan dakwah saya dengan menemui sahabat saya sampai sekarang.
Belajar Islam dari mana?
Wah banyak dari orangtua,guru ngaji,buku,dengar ceramah dan yang lain. Ya darimana saja, tapi nyantri di pesantren belum sih.
Sudah berapa orang kaum gay yang berhasil Bang Rei ajak taubat lewat usaha dakwah?
Kalau di bilang berhasil secara nyata saya lihat belum tahu pasti. Namun dari apa yang sering dibicarakan dari sekian banyak yang sudah ketemu saya, baru 4 orang. Itu yang kini masih sering tetep sharing dan bercerita bahwa dia sudah mengakui sama istri dan dia bertahan di jalan Allah serta di dukung istrinya. Ada juga yang belum nikah terus beliau menunda kerja ke luar negeri daripada mesti mikirin seks menyimpang. Satu lagi Alhamdulilah dia katanya mau nikah sama perempuan.
Apakah masih ada perasaan “dikucilkan” di masayaarakat dan bagaimana menghadapinya?
Alhamdulillah sampai saat ini tidak ada. Semua orang sekarang menganggap saya biasa layaknya suami -istri. Entah di belakang saya,karena kalau di hadapan saya biasa saja menyapa dengan santun dan ramah. Di luar itu saya tidak merasa ada yang mengucilkan saya. CSontohnya sekarang saya bisa kumpul dengan teman-teman semua di sini (masjid Unpad saat acara bincang Ramadhan “Pertaubatan Seorang Gay”, red)
Alhamdulillah sampai saat ini tidak ada. Semua orang sekarang menganggap saya biasa layaknya suami -istri. Entah di belakang saya,karena kalau di hadapan saya biasa saja menyapa dengan santun dan ramah. Di luar itu saya tidak merasa ada yang mengucilkan saya. CSontohnya sekarang saya bisa kumpul dengan teman-teman semua di sini (masjid Unpad saat acara bincang Ramadhan “Pertaubatan Seorang Gay”, red)
Perlukah ada semacam “rumah terapi” pelaku homoseksual?
Sampai sekarang saya hanya mampu person to person. Kehawatiran saya, jika didirikan klinik malah tidak jadi dating karena malu atau takut. Sekedar tahu, ketertutupan kaum gay mengakibatkan mereka enggan pergi berobat atau semacam pergi ke terapis,meski hanya sekedar curhat. Ya Alhamdulilah dengan begini justru saya lebih menyentuh mereka dan bisa masuk sehingga mudah diterima mereka.
Bagaimana seharusnya peran pemerintah dan masayaarakat untuk menanggulangi ini?
Saya pribadi menilai dari pihak pemerintah sepertinya belum banyak. Kalaupun ada mungkin sebatas menfasilitasi semisal ijin mendirikan organisasi. Nah, selama ini, organisasi-organisasasi atau LSM yang ada bukan menyadarkan pelaku bahwa ini salah dan terlarang, tapi malah memberikan ruang perkumpulan dan mencari arah untuk melegalkan penyimpangan ini.
Misal ada pemilihan waria dan semacamnya mereka sering bikin kelompok merangkum kamu minoritas seperti ini.
Tapi saya juga tidak mau menyalahkan sama rata. Mungkin saja ada kelompok yang benar-benar memperjuangkan dan bisa menjadikan pelaku bisa berhenti dari kegiatan yang tidak diridhoi Allah Subhanahu Wata’la ini.
Perlu kegiatan penyadaran seperti ini masuk kurikulum sekolah?
Wah, sepertinya itu di luar kuasa saya. Apa iya harus diterapkan di sekolah? Mungkin saja bisa. Tapi saya setuju pola asuk anak sejak dini harus terarah dengan baik dan benar sesuai dengan tuntunan ajaran agama (Islam,res) .
Justru di sanalah peran aktif yang harus di lakukan oleh keluarga secara bertanggung jawab.Maksudnya tanggung orangtua jangan sekedar menuntut anak untuk baik,sholeh,pintar dan lainnya,sementara orangtua tidak memberi teladan.
Toh semua etika /nilai moral dalam masayaarakat dan ajaran semua agama tidak ada yang membenarkan perbuatan tersebut (homoseks dan lesbian, red).
Saya sendiri Insayaa Allah bisa mendeteksi jika ada anak dari kecil sudah ada tanda-tanda yang seperti itu.
Apa “penyakit” seperti bisa menular?
Bisa. Tapi bukan berarti instant dong, seperti sakit flu orang bersin besoknya tertular.Tidak secepat itulah. Apa iya selesai wawancara ini terus Anda ketularan saya? he he.
Soal gay atau homoseksual ini menyangkut perasaan. Jadi perubahannya tidak bisa secepat yang dibayangkan orang.
Soal gay atau homoseksual ini menyangkut perasaan. Jadi perubahannya tidak bisa secepat yang dibayangkan orang.
Berapa banyak populasi kaum ini di Indonesia?
Secara pasti saya tidak tahu berapa jumlahnya. Mana ada orang gay mengaku terang-terangan, umumnya tertutup.Jadi sulit berapa banyaknya.Namun fenomenanya di lapangan dari tahun ke tahun semakin bertambah. Jika saya gambarkan, kalau kita punya kawan 10 orang yang homoseks 1 orang.
Menurut Anda apa saja yang turut menyuburkan praktek homoseks, lesbian, selain kampanye terselubung dari media?
Mungkin yang Anda sebutkan itu sudah mewakili jawaban saya.Yang saya tahu, kebanyakan mencontoh dari apa yang di lihat di TV atau media. Karena media itu cara mudah menyebarkan dan itu kebanyakan tidak disadari oleh para orangtua,termasuk dirinya sendiri bahwa dia sudah masuk perangkap.
Namun ada pula secara tidak langsung yang memang memiliki misi untuk mencari pasangan sejenis dari yang bukan gay. Ya jadi akhirnya yang normalpun bisa jadi gay akhirnya karena masuk perangkap.
Apa solusinya?
Saya ingin sampaikan khusus kepada para orangtua. Dampingilah putra-putri Anda saat menonton TV atau baca media cetak atau saat buka internet.Jangan biarkan anak mencari sendiri sehingga salah “memilih tempat bermain”.
Apa pesan Anda bari para orangtua, generasi muda dan masyarakat dalam menghadapi kaum homo?
Mendengar kata gay/homo itu tidak seharunya dihina atau dicaci. Mungkin saja dari sebagian banyak orang yang memang memiliki kecenderungan gay ada diantara keluarga kalian,dan itu sangat sulit untuk dideteksi atau dirangkul meski oleh keluarga sendiri atau orang terdekat. Beri kesempatan mereka untuk membuka apa yang menyiksa batn mereka,lalu arahkan ke jalan lebih baik dengan tidak membeda-bedakanya. Mungkin dengan demikian akan lebih selaras dari pada di intimidasi dan dihukum dengan kecaman penghinaan atau hukum akhir jaman yang pedih. Semisal pernyataan homoseks pasti masuk neraka. Itu pasti menyakitkan bagi yang mengalami dan itu sudah menjadi hukuman tersendiri.
Gay juga manusia, saya yakin, semua orang berkeinginan masuk surga termasuk kaum homoseksual atau gay. Saya juga sama, ingin masuk surga-Nya Allah Subhanahu Wata’ala seperti kalian semua. Mohon doa agar saya tetap istiqomah di jalan Allah.
Kepada generesi muda, pesan saya jangan sekali-kali mencoba.Jika ingin bergaul atau berteman dengan yang sudah terangan-terangan mengaku gay atau lesbi, maka bekalilah diri kalian dengan pertahanan yang kuat,terutama keimanan dan ketaqwaan kepada Allah. Dan banyaklah berdoa agar terhindar dari perbuatan terlarang tersebut.
Kepada masayaarakat terimalah mereka dengan bijaksana dengan terus memberi kesadaran biar mereka tidak semakin terjerumus.
Apa yang ingin Anda sampaikan bagi mereka yang masih belum bisa keluar dari “perangkap” gay dan lesbian?
Saya ingin mengatakan apa yang pernah saya rasakan. Yang pasti, saya hanya ingin mengajak teman-teman, bahwa jangan disalah artikan musibah ini sebagai pelegalan dan jangan pula ingin pengakuan. Saya tahu hati mereka yang pernah seperti saya sangat pedih hatinya jika dilecehkan. Bagi saudara-saudara saya yang mungkin masih menjalaninya, hendaklah membuka diri, mata hati, pikiran dan sanubarinya sehingga hidayah Allah itu mau dating. InsyaAllah semua belum terlambat.
Untuk yang sedang berjuang keluar seperti saya, bertahanlah dan kuatkan iman. Ingat bahwa ini ujian Allah,dan jangan pernah berhenti atau menyerah untuk keluar darinya.
Insaya Allah pasti ada jalan keluar. Solusi hebat lainya ya berdoa dan pasrahkan kepada Alloh Subhanahu Wata’ala dengan cara melawan rasa keinginan. Jika memang tertekan dengan semua keadaan ini, silahkan mencari orang yang bisa diajak bicara. Mungkin itu lebih bagus daripada memendamnya sendiri. Jika ada kesadaran, keterbukaan dan kemauan pasti ada jalan keluar. Allah tidak mungkin meninggalkan hambanya yang tengah berikhtiar.
Insaya Allah pasti ada jalan keluar. Solusi hebat lainya ya berdoa dan pasrahkan kepada Alloh Subhanahu Wata’ala dengan cara melawan rasa keinginan. Jika memang tertekan dengan semua keadaan ini, silahkan mencari orang yang bisa diajak bicara. Mungkin itu lebih bagus daripada memendamnya sendiri. Jika ada kesadaran, keterbukaan dan kemauan pasti ada jalan keluar. Allah tidak mungkin meninggalkan hambanya yang tengah berikhtiar.
Kepada yang belum terjerumus maka saya berpesan jangan sekali-kali mencoba-coba,meski awalnya hanya sekedar iseng.Sekali terjerat dan masuk, maka Anda akan sulit untuk keluarnya.
Sekali lagi, hanya hidayah Allah yang bisa menolong Anda. Dan jika sekarang Anda sudah dalam hidayah Allah dan naungan Allah, jangan berpikir kembali meski hanya sekedip mata.
***
Tidak sia-sia usaha dan perjuangannya Zemarey Albakhin melawan keinginan “terlarang” ini. Kini, dia bisa hidup berbahagia dengan istri tercinta bernama Nur. Meski terus berdoa agar dapat diberi anak, Bang Rei juga bahagia dengan empat orang anak asuhnya dan puluhan anak-anak yang belajar ngaji di rumahnya.Untuk memenuhi kebutuhan ekonominya Bang Rei membuka warung kecil-kecil dan menulis buku. Sudah ada tiga buka yang ditulisnya. Kebanyakan berkisah pengalaman dan indah kasih sayang Allah. Selain itu dengan senang hati setiap hari ia menerima puluhan konsultasi bagi yang masih terjerumus dan sedang mencari hidayah Allah. Konsultasi ia lakukan melalui telepon, email dan Facebook.*
Rep: Ngadiman Djojonegoro
Editor: Cholis Akbar
Tidak ada komentar:
Posting Komentar